Buatlah contoh kasus teknologi yang telah diterapkan dewasa di kehidupan nyata pada bidang berikut!
1. Transportasi
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengguna Grab kini bisa melakukan pemesanan transportasi online di berbagai negara di dunia. Namun, pemesanan transportasi ini cukup dilakukan lewat aplikasi Grab saja, tak perlu menginstal aplikasi baru ketika pengguna berpindah negara.
"Kemitraan ini akan memberikan pilihan yang beragam bagi masyarakat Asia Tenggara yang kerap bepergian, memberikan mereka kemudahan untuk berwisata di seluruh dunia melalui aplikasi yang sudah mereka biasa gunakan dan percaya," kata Mark Porter, Chief Technology Officer for Transport at Grab, dalam siaran pers Grab.
"Kami juga senang untuk memberikan lebih banyak wisatawan mancanegara kemudahan untuk menjelajahi keindahan dan keunikan Asia Tenggara dengan pilihan transportasi yang aman dan efisien. Mereka dapat memilih mobil, motor, atau bahkan moda transportasi lokal seperti TukTuk dan Bajay," tambahnya.
"Kemitraan ini akan memberikan pilihan yang beragam bagi masyarakat Asia Tenggara yang kerap bepergian, memberikan mereka kemudahan untuk berwisata di seluruh dunia melalui aplikasi yang sudah mereka biasa gunakan dan percaya," kata Mark Porter, Chief Technology Officer for Transport at Grab, dalam siaran pers Grab.
"Kami juga senang untuk memberikan lebih banyak wisatawan mancanegara kemudahan untuk menjelajahi keindahan dan keunikan Asia Tenggara dengan pilihan transportasi yang aman dan efisien. Mereka dapat memilih mobil, motor, atau bahkan moda transportasi lokal seperti TukTuk dan Bajay," tambahnya.
Hadirnya layanan ini karena Grab telah berinvestasi di startup Splyt asal London, Inggris. Perusahaan ini menyediakan layanan integrasi antar perusahaan ride hailing yang ada di seluruh dunia. Grab berinvestasi US$8 juta pada pendanaan seri A dengan total US$14 juta.
Dalam situsnya, Splyt menyebut layanannya tersedia di 5 benua, 29 negara, dan 2.000 kota di seluruh dunia. Sehingga, pengguna transportasi online dari negara lain juga tidak perlu menginstal aplikasi baru ketika bertandang ke kawasan operasional Grab di Asia Tenggara.
Sebagai contoh, wisatawan China yang menggunakan Ctrip dan Alipay bisa memesan transportasi online yang disediakan Grab lewat kedua aplikasi tersebut, seperti disebutkan dalam siaran pers Grab.
Dalam situsnya, Splyt menyebut layanannya tersedia di 5 benua, 29 negara, dan 2.000 kota di seluruh dunia. Sehingga, pengguna transportasi online dari negara lain juga tidak perlu menginstal aplikasi baru ketika bertandang ke kawasan operasional Grab di Asia Tenggara.
Sebagai contoh, wisatawan China yang menggunakan Ctrip dan Alipay bisa memesan transportasi online yang disediakan Grab lewat kedua aplikasi tersebut, seperti disebutkan dalam siaran pers Grab.
Teknologi yang dimiliki Splyt inilah yang memungkinkan pemesanan antar platform ini terjadi. Splyt sendiri tidak mengoperasikan layanan transportasi online apapun. Ia hanya menyediakan layanan untuk menyatukan teknologi yang dimiliki oleh berbagai layanan ride hailing berbeda ini.
Grab juga berencana untuk menambah fitur seperti tips perjalanan dalam aplikasi, ulasan restoran, dan rekomendasi objek wisata, untuk menawarkan pengalaman perjalanan yang lebih baik bagi penggunanya.
Investasi ini akan digunakan untuk mempercepat ekspansi Splyt ke negara-negara baru, meningkatkan kapabilitas teknologi, dan memperkuat jaringan permintaan institusional dan kemitraan pasokan yang luas untuk transportasi darat. Putaran ini dianggap sebagai pendanaan Seri A terbesar dalam segmen platform konektivitas transportasi. (eks)
Grab juga berencana untuk menambah fitur seperti tips perjalanan dalam aplikasi, ulasan restoran, dan rekomendasi objek wisata, untuk menawarkan pengalaman perjalanan yang lebih baik bagi penggunanya.
Investasi ini akan digunakan untuk mempercepat ekspansi Splyt ke negara-negara baru, meningkatkan kapabilitas teknologi, dan memperkuat jaringan permintaan institusional dan kemitraan pasokan yang luas untuk transportasi darat. Putaran ini dianggap sebagai pendanaan Seri A terbesar dalam segmen platform konektivitas transportasi. (eks)
2. Industri
Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Pertanian menyatakan penerapan teknologi dalam industri gula sudah mulai dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas dalam proses produksi.
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian Irmijati Nurbahar mengatakan pemanfaatan dan pengembangan berbagai macam teknologi sudah mulai dilakukan dalam rantai produksi gula.
"Inovasi on farm yang mulai dikembangkan seperti cloud computing, mobile internet, dan artificial intelligence yang digabung menjadi mesin pertanian yang lebih canggih dan modern, seperti traktor tanpa operator, pesawat drone untuk mendeteksi unsur hara dalam tanah, dan robot grafting," paparnya, Rabu (24/7/2019).
Berdasarkan analisis yang dilakukan Direktorat Jenderal Perkebunan, pemanfaatan teknologi secara maksimal diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gula rumah tangga pada tahun depan.
Dengan asumsi luas lahan tanam tebu seperti pada 2018 sebesar 414.865 hektare (ha), efisiensi produksi dengan pemanfaatan teknologi berpotensi meningkatkan produksi tebu dari 27,8 juta ton menjadi 37,3 juta ton dengan kenaikan produktivitas dari 67,1 ton tebu per ha menjadi 90 ton per ha. Pertumbuhan ini diikuti pula dengan kenaikan rendemen dari rata-rata 7,8 persen menjadi 8,5 persen.
Adapun produksi gula nasional pada 2018 membukukan angka 2,1 juta ton. Pada periode yang sama, konsumsi gula langsung secara keseluruhan menyentuh 2,77 juta ton bahkan kebutuhan gula pada industri makanan dan minuman lebih besar lagi.
Kementerian Perindustrian mencatat kebutuhan gula untuk industri yang berkontribusi sebesar 33,6 persen pada produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2019 itu menyentuh 3 juta ton. Pertumbuhan kebutuhannya pun diperkirakan cukup tinggi, yakni 6,77 persen dengan pertimbangan pertambahan laju pertumbuhan penduduk.
3. Pendidikan
Merdeka.com - Semua hal ciptaan manusia pasti memiliki sisi positif dan negatif. Hal tersebut juga berlaku pada teknologi. Bagaimana teknologi berikan pengaruh negatif pada sisi pendidikan?
Diakui atau tidak, setiap kali ada ujian masuk ke suatu universitas atau kampus ternama, ada saja kasus perjokian yang terjadi. Apabila di waktu dulu sebelum teknologi secanggih sekarang ini, perjokian dilakukan dengan cara manual. Namun, kini dengan bantuan teknologi, semuanya dapat dilakukan.
Salah satu kasus adalah yang terjadi pada tahun 2012 lalu. Menurut informasi yang diterima merdeka.com, sedikitnya ada 43 peserta ujian masuk (UM) Fakultas Kedokteran Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta diduga terlibat praktik perjokian.
Puluhan peserta ujian itu diketahui telah membawa alat komunikasi yang terkoneksi dengan operator, saat mengikuti ujian Tes Potensi Akademik (TPA) dan Bahasa inggris, di Kampus UGM, Bulak Sumur, Sleman, Yogyakarta.
Kasatreskrim Polres Sleman, AKP Widy Saputro mengatakan bahwa penggunaan alat untuk menyontek oleh calon mahasiswa tersebut berupa ponsel yang ditempelkan di badan dan dihubungkan melalui headset.
Tidak hanya menggunakan perangkat elektronik yang ditempelkan di tubuh saja, ada pula modus yang menggunakan banyak alat lainnya, seperti kamera pada kancing baju, bolpoin dan bros sampai dengan alat komunikasi itu dibalut dengan bungkus penghapus.
Tentunya dengan penyalahgunaan teknologi untuk tujuan yang kurang baik terutama dalam hal pendidikan ini apapun alasannya tidak diperkenankan.
Sesaat setelah munculnya kasus perjokian di UGM tersebut, pada tahun 2012 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan bahwa penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan (perjokian) merupakan pelanggaran akademik yang luar biasa.
Ternyata tidak hanya untuk kasus perjokian dan di Indonesia saja, kasus yang hampir serupa yaitu hanya bertaraf ujian umum di Bangladesh juga dicoreng dengan aksi contek-menyontek dengan bantuan teknologi, tepatnya dengan memakai jam tangan digital yang terintegrasi dengan ponsel.
Bahkan, untuk ukuran negara maju seperti Inggris saja, kasus serupa juga pernah terjadi. Pada tahun 2010 lalu banyak kasus kecurangan dalam ujian sekolah dan saran yang digunakan adalah perangkat komunikasi yang telah dimodifikasi.
Tentunya sangat disayangkan apabila teknologi yang sebenarnya dibuat untuk membantu meringankan aktivitas dan kerja manusia (dalam hal yang positif) harus digunakan dalam hal yang kurang pantas, apalagi dalam dunia pendidikan.
Oleh karenanya, beberapa sekolah sampai universitas di luar negeri atau di Indonesia mulai melakukan pengawasan ketat agar penyalahgunaan teknologi untuk melakukan kecurangan dalam dunia pendidikan dapat diminimalisir. [das]
Salah satu kasus adalah yang terjadi pada tahun 2012 lalu. Menurut informasi yang diterima merdeka.com, sedikitnya ada 43 peserta ujian masuk (UM) Fakultas Kedokteran Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta diduga terlibat praktik perjokian.
Puluhan peserta ujian itu diketahui telah membawa alat komunikasi yang terkoneksi dengan operator, saat mengikuti ujian Tes Potensi Akademik (TPA) dan Bahasa inggris, di Kampus UGM, Bulak Sumur, Sleman, Yogyakarta.
Kasatreskrim Polres Sleman, AKP Widy Saputro mengatakan bahwa penggunaan alat untuk menyontek oleh calon mahasiswa tersebut berupa ponsel yang ditempelkan di badan dan dihubungkan melalui headset.
Tidak hanya menggunakan perangkat elektronik yang ditempelkan di tubuh saja, ada pula modus yang menggunakan banyak alat lainnya, seperti kamera pada kancing baju, bolpoin dan bros sampai dengan alat komunikasi itu dibalut dengan bungkus penghapus.
Tentunya dengan penyalahgunaan teknologi untuk tujuan yang kurang baik terutama dalam hal pendidikan ini apapun alasannya tidak diperkenankan.
Sesaat setelah munculnya kasus perjokian di UGM tersebut, pada tahun 2012 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan bahwa penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan (perjokian) merupakan pelanggaran akademik yang luar biasa.
Ternyata tidak hanya untuk kasus perjokian dan di Indonesia saja, kasus yang hampir serupa yaitu hanya bertaraf ujian umum di Bangladesh juga dicoreng dengan aksi contek-menyontek dengan bantuan teknologi, tepatnya dengan memakai jam tangan digital yang terintegrasi dengan ponsel.
Bahkan, untuk ukuran negara maju seperti Inggris saja, kasus serupa juga pernah terjadi. Pada tahun 2010 lalu banyak kasus kecurangan dalam ujian sekolah dan saran yang digunakan adalah perangkat komunikasi yang telah dimodifikasi.
Tentunya sangat disayangkan apabila teknologi yang sebenarnya dibuat untuk membantu meringankan aktivitas dan kerja manusia (dalam hal yang positif) harus digunakan dalam hal yang kurang pantas, apalagi dalam dunia pendidikan.
Oleh karenanya, beberapa sekolah sampai universitas di luar negeri atau di Indonesia mulai melakukan pengawasan ketat agar penyalahgunaan teknologi untuk melakukan kecurangan dalam dunia pendidikan dapat diminimalisir. [das]
4. Kesehatan
VIVA – Indonesia dan Jepang kembali berkolaborasi dalam seminar medis yang diselenggarakan oleh Japan-Indonesia Medical Collaboration Association (JIMCA). Seminar kedua di Jakarta ini mengusung tema radiografi dan teknologi AI (artificial intelligence).
Ketua JIMCA Satoshi Kusuda menjelaskan, dipilihnya tema radiografi dan teknologi AI karena minat akan pencegahan kesehatan yang semakin meningkat.
"Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap kesehatan dari tahun ke tahun, semakin
banyak yang tertarik dengan pencegahan medis daripada pengobatan. Menurut kami, pengetahuan dan teknologi pemeriksaan kesehatan Jepang yang berkualitas tinggi adalah yang dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini dalam menjaga kesehatan," ujar Satoshi dalam temu media JIMCA di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa 23 Juli 2019.
banyak yang tertarik dengan pencegahan medis daripada pengobatan. Menurut kami, pengetahuan dan teknologi pemeriksaan kesehatan Jepang yang berkualitas tinggi adalah yang dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini dalam menjaga kesehatan," ujar Satoshi dalam temu media JIMCA di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa 23 Juli 2019.
Dalam seminar medis ini, terdapat paparan dari profesor serta tenaga medis akan pentingnya pencegahan dengan diagnosis tepat di awal. Seperti pada kasus kanker, di mana jika dideteksi sejak dini maka peluang kesembuhannya lebih besar.
"Kita sudah kolaborasi bagaimana meningkatkan knowledge untuk Human Resource di bidang radiologi teknologi. Dengan bertambahnya pasien kanker, dibutuhkan radioterapi dengan teknologi yang berbasis 4.0," ujar Head of PT. Pertamedika – IHC, dr. Fathema Djan Rachmat SpB, SpBKTV(K) di kesempatan yang sama.
Menurutnya, kerja sama antar Indonesia dan Jepang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan serta keakuratan dalam mendiagnosis suatu penyakit. Tentunya hal ini bertujuan agar tercapainya ketahanan kesehatan yang lebih baik.
"Akurasi tepat maka akan lebih tepat diagnostiknya. Maka treatment lebih baik dan akhirnya tingkat kesembuhan lebih baik," ungkapnya.
Meski begitu, Fathema menepis adanya anggapan bahwa peran teknologi menggantikan jasa para tenaga medis. Menurutnya, kedua hal ini bisa saling berdampingan dan membawa kesejahteraan yang semakin meningkat.
"Teknologi bantu dokter agar lebih akurat. Teknologi dukung dokter untuk capai kualitas lebih baik tapi tetap diiringi pengetahuan yang semakin tinggi juga," paparnya.(nsa)
5. Keamanan dan Pertahanan
Jakarta, Beritasatu.com - Berbagai teknologi keamanan dipamerkan dalam pameran 'Indo Security dan Indo Firex 2019 Expo & Forum' yang digelar bersama dalam Indonesia International Smart City Expo & Forum (IISMEX) Jakarta 2019. Peralatan teknologi keamanan yang ditampilkan dalam pameran ini, diharapkan dapat membantu tugas-tugas kepolisian.
Managing Director PT Napindo Media Ashtama, Arya Seta Wiradipoera, mengatakan, pameran Indo Security ini sangat penting sebagai penunjang kota pintar atau smart city. Melalui pameran ini, faktor keamanan ini dilihat dalam cara pandang yang luas dan kompleks, disesuaikan perkembangan zaman.
"Seperti tugas kepolisian, pasti membutuhkan teknologi yang mendukung tugas mereka. Saat ini semua sudah terintegrasi pada sistem teknologi digital. Dengan menggunakan teknologi digital, tugas kepolisian terbantukan," kata Arya dalam siaran pers yang diterima redaksi di Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Dalam pameran ini, Napindo bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), menggelar Cyber Competition. Kompetisi ini merupakan ajang lomba keamanan siber yang secara khusus fokus pada aspek operasional pengelolaan dan perlindungan layanan dan infrastruktur sistem informasi.
Tak hanya sebagai ajang menguji pengetahuan dalam bidang keamanan siber, para peserta juga mendapat kesempatan untuk membangun hubungan dengan para profesional industri Teknologi Informasi. Cyber Competition CSI menyediakan kesempatan bagi para profesional di bidang keamanan siber untuk saling berinteraksi dan membahas berbagai tantangan keamanan dan operasional Teknologi Informasi dan Siber.
"Diharapkan, kompetisi ini menjadi wadah bagi individu yang punya keahlian dalam bidang siber. Terlebih lagi, Polri bisa memberikan kesempatan bagi mereka untuk turut menjaga keamanan dan kesatuan NKRI melalui dunia siber," papar Arya.
Gelaran Indo Security and Indo Firex 2019 Expo & Forum ini mendapat apresiasi positif dari Polri. Apresiasi itu disampaikan Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Muhammad Iqbal saat mengunjungi pameran, Kamis (18/7/2019). "Pameran ini sangat strategis dalam perspektif keamanan negara," kata Iqbal.
Iqbal mengatakan, pameran ini menunjang segala aspek keamanan. Istitusi dan lembaga yang menjadi peserta memamerkan tools atau alat-alat keamanan berbasis teknologi terkini. "Aspek keamanan saat ini membutuhkan peralatan teknologi canggih," tegas Iqbal.
Iqbal berharap, institusi pemerintah dan lembaga swasta mengaplikasikan teknologi-teknologi keamanan, seperti penggunaan CCTV, face recognition, sensor alarm dan sebagainya. Menurutnya, banyak kasus kejahatan bisa terungkap dengan menggunakan teknologi keamanan. "Seandainya semua teknologi canggih ini digunakan, maka tugas polisi akan sangat terbantukan," kata Iqbal.
Iqbal berharap, pameran ini dapat terus dikembangkan dan berlangsung secara berkelanjutan. "Sebagai smart city, masyarakat Jakarta membutuhkan produk keamanan terbaik untuk memenuhi rasa aman," pungkas Iqbal.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar